Minggu, 21 April 2013

Younger Than Me (Chapter 3)

Diposting oleh Stefani Ekky di 18.27
Dari dalam mobil keluar cowok ganteng yang sudah tersirat di benak ku, Trevor! Dia menarik tanganku dan menggandengku untuk bersembunyi di belakang punggungnya. Sambil menggandengku dia berteriak, “Hey....!!!!! Jangan ganggu cewek gua ya. Inget!! Sampai lo gangguin cewek gua lagi. Mati Lo!! PERGI!!”. Para gerombolan cowok itupun melihat Trevor dengan sedikit takut. Sepertinya mereka memang gerombolan cowok yang cuman ngomong doang, baru digertak begitu udah kelihatan takut banget.
“Ampun bang.... Ampun....!!! Iya bang kita pergi....!!!”
Lalu, Trevor membawaku masuk ke mobil. Dia pun juga masuk ke mobil dan menancap gas mobilnya dan terlihat sangat marah. Aku nggak tahu harus ngomong apa. Then, tiba-tiba setelah beberapa meter dia menghentikan mobilnya ke tepi jalan, melihat aku dan berkata “Aku kan sudah pernah bilang, jalanan sekitar kampus itu bahaya banget. kamu tahu siapa mereka?” Aku pun hanya menggelengkan kepala, karena aku memang benar-benar nggak tahu. Dia mengalihkan pandangan nya ke arah depan dan melanjutkan perkataannya,”Mereka itu adalah sekelompok anak-anak cowok tukang palak dan tahulah. Cewek kayak kamu itu adalah sasaran empuk mereka. Aku kan juga pernah bilang, kalau papa nggak bisa jemput, tunggu aku aja. Ntar aku anterin. Ngerti?”
“Trevor... aku tu nggak mau nyusahin kamu. Lagipula kenapa aku harus nungguin kamu? Aku nggak mau bergantung sama kamu ataupun papa. Aku bisa pulang sendiri.”
“Tapi dalam keadaan begini kamu harusnya tahu dong, udah mau sore, hujan and sepi. Bahaya banget ngerti nggak???!!! Sekarang lihat, kamu basah kuyup kayak gitu, gimana kalau kamu sakit, ha?”
Melihat cara bicara nya seperti itu aku jadi kesal banget. Aku jawab lagi dong “Kamu kok jadi overprotective gitu sih ma aku.? Udah lah. Aku tu nggak apa-apa kalau pulang sendiri. Beside aku mau nanya ya sama kamu, kamu bilang “cewek gue???” We are just friend right??” Well, sebenarnya aku Cuma mau ngetes aja sih. Ya sedikit meyakinkan hati aku gitu deh. Daripada ngambang nggak jelas.
Kemudian, suasana hening sejenak dan dengan setengah suara Trevor menjawabku, “Hemmm. Aku memang salah. Seharusnya sudah dari awal aku menghentikan perasaan ini. Tapi sorry Stela, aku nggak bisa ngebendung perasaan ku lagi. Selama setahun kita menjalin pertemanan ini, aku merasa semakin hari aku semakin sayang sama kamu. Aku nggak tahu kenapa. Sempat aku mencoba untuk menghentikan perasaan ini. Aku tahu kamu adalah kakak tingkatku. And it seems really weird. Hari ini, Aku cuman pingin kamu tahu, kalau aku sangat sayang sama kamu. Aku minta maaf udah merusak persahabatan kita. Dan lupain aja semua yang udah aku ceritain ke kamu sore ini. Tapi please, janji sama aku untuk nggak bertindak ceroboh kayak tadi. Jangan lupa bawa jaket walaupun nggak hujan. Dan jangan sungkan untuk ......”
“Ssssssssssssssstttttttttttttttt.....!!!!!” Aku memegang pundaknya seraya mencoba  untuk membuatnya diam. Kejadian ini berlalu sangat natural. Tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya untuk bisa mendarat di bibirku. Aku hanya diam hendak memejamkan mataku, Tapi kemudian kami berdua berhenti dan sama-sama berkata, “Aku suka cara lama!!” Aku nggak pernah menduga kalau kami akan mengucapkan kata-kata yang sama. Well, Cara lama adalah cara dimana tidak melakukan seks ataupun kissing sebelum menikah. Kejadian itu memecah kan suasana. Kami berdua tertawa dan tersenyum. Dia mulai bergerak untuk menyalakan mobilnya, kemudian menancap gas nya dan mengantarku pulang.

Hari kemarin adalah hari yang sangat berarti buatku. Dimana Trevor menyatakan perasaannya yang sesungguhnya. Aku suka banget cara dia mengungkapkan isi hatinya. Terlihat jujur banget. Hari ini, dia memberitahuku bahwa dia ingin pergi main ke rumah. Dan nggak cuman main aja, tapi dia juga ingin minta ijin sama orang tuaku. Dia pingin bilang kalau dia suka sama aku and ingin menjalin suatu keseriusan denganku.

Waktu menunjukan pukul 5 sore. Aku sudah berdandan sangat cantik untuk menyambutnya. Semua persiapan makan malam yang biasa mama dan aku siapkan pun sudah tersedia. Honestly, aku juga sudah beri tahu ke papa and mama akan maksud kedatangan Trevor. Mereka pun tersenyum menunjukkan sinyal setuju. Ya....Nggak heran juga sih, soalnya papa mama udah beberapa kali lihat Trevor. Cuman emang belum kenal terlalu deket.
Teeeeeeett.....teeeeeeeeeeeeeeeet....
“Permisi.....”
Itu dia suara yang udah dari tadi aku tunggu-tunggu. Aku segera bergegas ke pintu depan dan membukakannya pintu. Dengan senyum yang manis dan parasnya yang tampan, dia menundukkan badannya,memegang dan mencium tanganku lalu menyapaku, “Good evening My beautiful girl...!”. Senyuman indah yang sengaja ku ukir di wajahku pun kulemparkan kepadanya lalu berkata, “Good evening my handsome one, please come in. I have been already missing you.”
Kemudian dia masuk dan menyapa setiap keluargaku. Papa dan mamaku dengan senyum yang hangat, menyapanya dan bergegas menyuruh semua orang untuk menuju ke ruang makan.
“Oke, siapa yang mau pimpin doa makan?” kata papaku.
“Aku.. aku aja pa...” Kata adikku yang terlihat sangat semangat untuk berdoa.
“Josh pinter ya. Oke ayo berdoa!” Sahut mamaku.
Kemudian Josh melanjutkan tugasnya, “Tuhan ... Kami semua mau makan. Berkati makanan kami ya. Makasih Tuhan, Amin!”
Mendengar cara berdoanya yang lucu, kami semua pun tertawa lepas dan bergegas untuk makan. Josh memang anak yang pintar. Meskipun baru berumur 6 tahun, tapi dia sudah mengerti banyak hal.
“Nama kamu Trevor ya?” Tanya papaku.
“Iya om...!”
“Kata Stela, kamu adik tingkatnya dia ya? Kamu kerja apa?” Sahut papaku.
Dengan tersenyum Trevor menjawab, “Waduh om.. tanyanya banyak banget. Iya, saya adik tingkatnya Stela. Cuman sebenarnya saya berumur 24 tahun. Saya udah kerja sebagai Direktur Utama di PT. Excellent Kings. Perusahaan saya bergerak di bidang arsitektur. Sebelumnya udah dapet gelar juga sebagai arsitek, tapi pingin nambah gelar eh terus ketemu deh ama Stela.”
“O... begitu, ya udah makan dulu aja. Ngomong nya ntar aja. Dirasakan tuh, makanan mama enak nggak?” kata mamaku.
“Mama??? Kok mama??? Kak Trevor kan bukan anak mama?” sahut Josh.
Sambil membelai kepala Josh mamaku menjawab, “ahahahaha. Josh sayang, Kak Trevor kan ntar juga jadi kakak mu. Ntar mama juga akan jadi mamanya kak Trevor.”
Sambil melihat ke arah Trevor, Josh membalas, “Kok nggak ijin dulu sih sama Josh???”
Mendengar kata-kata Josh, kami semua tertawa terbahak-bahak.
Kemudian suasana menjadi hening setelah kata-kata Trevor keluar dari mulutnya, “Maaf, berarti dengan kata lain, saya sudah diterima di keluarga ini?”
Dengan serius papa ku menjawab,”Begini Trevor, kami memang sudah mengerti maksud kedatangan mu. Kami juga sudah mengerti sedikit melalui perkenalanmu tadi. Tapi, kami juga ingin menanyakan suatu hal. Apakah kamu benar-benar serius dengan Stela? Apa sudah kamu pikir matang-matang? Kami tidak ingin ada seorang pun menyakiti anak kami Stela. Kamu pasti juga sudah tahu, bahwa dia pernah disakiti oleh seorang pria yang tidak bertanggung jawab. Dia juga memiliki sedikit trauma akan itu. Lagipula, Stela juga masih berumur 19 tahun.”
“Soal itu saya sudah pikirkan dengan matang om. Om juga bisa memegang janji saya. Selama satu tahun ini kami menjalin pertemanan, saya sudah sedikit banyak tahu tentang karakter Stela. Mulai dari kejelekannya, kebaikannya bahkan semua hobby nya pun saya tahu om. Saya yakin Stela pun juga sudah mengenal saya. Namun, jika sekiranya Om dan tante menginginkan sebuah bukti akan keseriusan saya, dengan senang hati saya akan berlaku serius. Jadi dengan kedatangan saya kesini, saya meminta ijin om dan tante, untuk meminta Stela menjadi pendamping hidup saya.” Jawab Trevor yang sangat bijaksana.
Kemudian, suasana hening sejenak dan papaku mulai berbicara lagi, “Oke. Kami lihat kamu sangat serius. Kami berikan kamu ijin tapi dengan syarat, pernikahan akan dilaksanakan setelah Stela dan kamu lulus kuliah. Kebahagiaan Stela adalah yang terutama bagi kami. Jangan pernah menyakiti anak kami.”
“Baik om. Kami juga tidak terburu-buru untuk menikah. Terimakasih atas ijin Om dan tante. Saya akan mempertanggungjawabkan kebahagiaan berlian yang sudah Om dan tante berikan.” Sahut Trevor.
Melihat situasi yang begitu serius, aku lalu berkata, “ Udah yuk, aku lihat udah pada selesai makan ya? Habis ini kita nyanyi-nyanyi ya... Josh setuju???”
“Setujuuuuu.......” Teriak Josh.
Kemudian kami kembali tertawa terbahak-bahak. Setelah itu aku dan mama membersihkan meja makan, dan kami semua bergegas pergi ke ruang keluarga untuk benyanyi bersama. Trevor mengambil posisi piano, papaku mengambil posisi gitar, aku mama dan Josh sebagai penyanyi nya. Malam itu kami habis kan dengan bernyanyi bersama. Ketika waktu menunjukkan pukul 9, papaku menghentikan kegiatan kami dan kembali menanyai Trevor. “
“Trevor, kamu gag pulang? Kalau keluarga mu nyariin gimana?”
“Nggak papa om. Keluarga saya ada di Jerman semua. Saya sendiri yang di Indonesia bersama kakak perempuan saya.” Jawab Trevor.
Kemudian papaku melanjutkan wejangannya kembali, “Oh begitu! By the way satu lagi, kalian bedua boleh pergi jalan-jalan, tapi kamu Trevor harus mengembalikan Stela paling lambat jam 10 malam. Terus apa keluarga kamu sudah tahu soal hal ini?”
“Baik om. Keluarga saya sudah tahu tentang hal ini. bulan depan mereka akan pulang ke Indonesia selama satu minggu, begitu mereka di Indonesia, saya akan bawa mereka kesini.”
“Oke hal ini jadi semakin jelas” jawab papaku
“Ya sudah saya pulang dulu, Terimakasih atas semuanya ya om dan tante.”
“Trevor, mulai sekarang panggil kami papa dan mama ya. and hati-hati di jalan” sahut mama.
“Hahahahaha. Oke ma...”
Setelah bersalaman dengan papa dan mamaku, aku mengantarkan Trevor ke mobilnya.
“Begitu sampai rumah, kabarin aku ya...” Jawabku.
“Oke sayang. Makasih ya. Keluarga mu keren. Sama kayak keluarga ku. Aku pulang dulu ya. daaa.... I Love You”
“Love you too” Jawabku mesra.
Trevor masuk ke mobil dan menancap gasnya, kemudian dia pergi meninggalkan rumahku.

Sekitar setengah jam kemudian Trevor mengabari ku bahwa ia sudah berada di kamarnya. Kemudian dia mengucapkan selamat tidur untukku. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Malam yang takkan pernah aku lupakan. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya, Trevor selalu memberikan moment-moment indah yang tak pernah aku lupakan. I love him so much.

To be continued.....

0 komentar:

Posting Komentar

 

Stefani Ekky's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review