Minggu, 21 April 2013

Younger Than Me (Chapter 2)

Diposting oleh Stefani Ekky di 18.21
Tiba tiba ada sesosok pria yang mendarat cukup dekat dengan mukaku. Dengan spontan aku berteriak “Trevor Anthony.....!!!!!!!! What are you doing??”
Dengan senyuman nya yang lebar dan manis dia menjawabku, “Aku gag ngapa-ngapain kok. Cuman mau nyapa kamu aja. hahaha”
Melihat cara dia tertawa, dengan sinisnya aku menjawab,“Kok kamu ketawa sih... Aku kaget banget tahu! Udah ah kamu tu ngaco mulu. Aku mau masuk kelas..!”
“Masuk kelas?? Emang udah ada mahasiswa atau dosen sepagi ini ya?” Jawabnya.
“Ya gag ada sih. Abis kamu ngaco mulu sih. Terus kamu ngapain dateng pagi-pagi begini?”
Dia mendekatkan wajahnya padaku dan berkata,“Kasi tahu gag ya??”
“Parah emang ya kamu..!”
“Iya .. iya deh. Aku emang suka berangkat pagi. No matter what. Kebetulan juga disini ada piano, ya udah daripada bosen, aku main piano disini.” Jawabnya tegas.
“Terus kenapa berhenti maen? Maen terus aja. Aku pingin lihat seberapa jago kamu maen piano.”
“Yah nantangin... Oke... Let’s play...”
Dia mulai mengarahkan pandangan nya ke arah piano tua itu dan mulai menekan tuts-tuts piano. Aku mengamati setiap gerak-gerik nya. Sambil memandangi ku, dia mulai memainkan nada-nada yang sangat indah yang terdengar familiar di telingaku. Only Hope Switchfoot yang adalah sountrack film A Walk To Remember. Oh  My God. Ini kayak mimpi. Sudah lama banget aku pingin punya seorang kekasih dengan karakter seperti Landon Carter tapi yang bisa nyanyiin lagu Only Hope buat aku. Dan sekarang lihat, cowok ini sedang mainin lagu impian ku. Tapi aku sedikit penasaran, gimana dia bisa tahu ya lagu kesukaanku??
Tanpa sadar aku mengamatinya tajam, dan sepertinya dia sadar kalau akau terlalu tajam memandanginya.
“Whooooiiiii! Kok ngeliatin akunya sampe begitu..! Kamu kenapa???” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Ah enggak..! Nggak apa-apa kok. Bagus mainnya. Ayo lanjut lagi!! Aku suka”
“Nggak mau...!” Jawabnya ketus.
“Loh kenapa??” Tanyaku penasaran.
“Nggak ada yang nyanyi sih.” Dia tersenyum.
Kemudian dengan semangat aku menjawabnya,”Ya udah, aku aja yang nyanyi. Ayo cepetan. Aku lagi kangen sama lagu ini”.
“Oke. Dari awal ya. Tapi kamu biasa maen apa?” Tanya nya sambil berfikir.
“Aku di B minor”
Dia kembali menghadap ke arah piano. Namun sebelum menekan tuts piano aku berteriak,””Tunggu....!!”
“Apaan sih kamu? Ngagetin aja. Ada apa?”
Sambil duduk di sebelah nya aku bertanya, “Kamu udah tahu kalau aku suka lagu ini ya? Kok tadi langsung maen instrumen lagu ini?”
Dia menundukkan kepalanya dan mengangkat kepalanya untuk memperhatikan ku,”Nggak! Nggak salah!”
“Apa?? Berarti kamu emang udah tahu ya?? Kamu tahu dari siapa? Aku gag pernah woro-woro ke orang soal itu. kamu nyelidikin aku ya?”
Dia mendekat kepadaku dan memegang pundakku, “Gag usah parno gitu deh. Kamu ingat gag waktu kamu gag jadi dijemput papa kamu kemarin?”
“Inget, terus???” Tanyaku penasaran.
“Kamu ninggalin satu buku yang isinya semua desire, dreams, and hope yang kamu pingin.”
“Yahhhh. Kamu udah buka semua dong..! Aduhh. Gimana ni???” Jawabku ketakutan.
“Nyantai aja kali. Aku gag akan ngomong ke orang lain. Okay!! Tapi kalau aku boleh kasi kamu advice, Impian-impian kamu itu seharusnya kamu share kan ke orang lain juga, jadi orang lain bisa tetep keep your spirit untuk terus move on ngewujudin impian kamu.!”
Aku tertunduk dan mulai meneteskan air mata. Aku tidak bisa membendung kesedihan yang pernah aku alami terhadap mantan pacarku yang meninggalkan aku hanya karena semua mimpiku. Aku ingin membagi mimpiku dengannya, agar dia pun bisa melakukan hal yag sama. Namun dia berfikir bahwa aku hanyalah seorang pemimpi. Anak manja yang penuh dengan mimpi. Dia tidak bisa mendukung mimpi-mimpiku karena dia tidak bisa bermusik. Mantan pacarku nggak punya talenta bermusik. Lalu dia meninggalkanku. Sekarang dia punya kekasih yang lain dengan badan yang sexy yang sayang banget nggak punya skill apa-apa.
“Loh... loh... eh jangan nangis dong Stela. Kamu kenapa? Sorry deh kalau kata-kata ku nyakitin kamu.”
Dia mengambil sapu tangan di saku nya dan menghapus air mata dari pipiku. Ketika tangannya mendarat di pipiku, aku memegang tangannya dan berbisik “Aku udah melakukannya. Tapi nggak ada yang mau tahu. Bahkan mereka malah ninggalin aku. Sorry Trevor, aku harus pergi. Thank you ya.” Kemudian aku mulai beranjak dari tempat duduk ku dan pergi. Belum sampai turun dari panggung auditorium, Trevor berlari mengejarku, dan meraih punggungku. Ketika aku membalikkan badanku, dia memelukku dengan erat. Merasakan hangatnya pelukan yang dia berikan, aku kembali menangis tersedu sedu. Selama beberapa menit aku tenggelam dalam pelukannya. Kemudian sambil memelukku dia berkata “Kamu bisa cerita ke aku Ste. Apapun mimpimu. Aku suka dengan orang yang punya mimpi besar. Nggak usah takut. Aku nggak akan mencibirmu apalagi ninggalin kamu. Aku akan dukung kamu sampai kamu mencapai semua nya. Asal kamu janji, kamu harus tetep semangat, pantang menyerah sampai semua mimpi mu jadi nyata.!” Aku merasa, cowok satu ini seperti sudah mengetahui banyak hal soal aku. Sepertinya memang dia sudah membaca semua isi buku yang kutulis. Aku tidak hanya menulis impian dan harapanku, tapi juga tentang mantan pacarku. Apa yang sebenarnya mau Trevor coba lakukan dengan hidupku. Apakah dia ingin membangkitkan kembali semangat ku yang sudah pudar? Atau ingin membangkitkan ingatan buruk tentang Brian? Ya, Brian adalah mantan pacarku. But anyway, aku Nggak peduli. Aku memilih untuk berpikir positif saja. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan memandang nya dengan senyuman, “Thank you Trevor. Can I have my book again?”
“Sure! Wait for me!” Dia kembali ke tempat duduk di depan piano dan mengambil tasnya. Dia berjalan ke arahku untuk mengembalikan bukuku. “Here we go! Ehmm... Ini sapu tangan ku. Pakai aja untuk ngehapus air matamu.”
“Thank you once again. Aku kembaliin besok ya.!” Jawabku ramah.
“Anytime...!”

Aku berjalan pergi keluar dari Auditorium. Kejadian hari itu sedikit mengembalikan semangat ku yang pernah pudar. Sampai berlalunya hari itu pun aku masih tetap mengingat setiap detail kejadian nya. Ketika aku menangis, merasakan pelukannya, dan percakapan yang kami lakukan waktu itu. That was great.

Tidak terasa, kami pun telah saling mengenal lebih dari satu tahun. Selama waktu itu, kami menjadi semakin dekat. Setiap pagi kami bertemu di ruang audit untuk bernyanyi dan bermain musik. Aku nggak tahu juga sih apakah pepatah jawa yang bunyinya “Tresno jalaran saka kulina” itu bener atau nggak. Sejujurnya aku sudah mulai merasakan sinyal-sinyal cinta di antara kami berdua. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku masih sedikit takut. Jangan-jangan ini hanyalah perasaanku saja. Aku nggak tahu apakah dia juga merasakan hal yang sama. Selama setahun ini aku jadi tahu banyak hal tentang dia. Trevor itu sebenarnya adalah pemilik perusahaan tenama di Indonesia. Soal kenapa dia bisa jadi lebih muda dari aku, itu karena dia kepingin dapet gelar tambahan, tapi bidang sebelumnya nggak berhubungan sama apa yang mau dia ambil. Jadi dia terpaksa ngulang dari semester 1.

Siang itu aku terpaksa harus pulang sendirian karena papaku nggak bisa jemput lagi. Dan pada saat itu musim hujan. Hujan siang itu deras banget. Butiran-butiran hujannya pun besar-besar. Aku juga nggak bawa payung, jaket pun nggak. Akhirnya pun aku cuman berdiri di loby kampus sambil memperhatikan hujan. Setengah jam aku tunggu belum juga reda... Satu jam aku tunggu masih sama. Aku tunggu lagi sampai setengah jam pun hujan nya tetep aja nggak mau berhenti. Stopppp Waiting...!! Udah jam setengah 4 sore. Aku harus pulang. Sore itu aku nekat. Aku berlari menuju ke halte bis di depan kampus. Tapi, ternyata bukan hanya hujan yang menghalangi ku. Baru aja keluar dari gerbang kampus, tiba-tiba dari arah belakang ku ada serombongan anak-anak muda. Dan mereka menghadangku. Waduh, perasaanku sudah sangat nggak enak. Dan...... bener banget!! Awalnya mereka cuman goda-godain gitu. Aku tetep aja berjalan ke depan tanpa menghiraukan mereka. Salah satu dari mereka mulai mencoba menyentuh ku dan berkata,”Kok sombong amat sih cantik..? Ayolah.. pergi sama kita..”
Haduh beneran deh. Mau teriak kagak ada orang. Dalam hati aku berteriak “GOD....... HELP ME..... HELP ME.......”. Then suddenly ada mobil Putih yang sepertinya aku kenal, datang dengan klakson nya yang sangat keras.  Kemudian mobil itu berhenti tepat di depan ku dan segerombolan cowok itu.  

To be continued

0 komentar:

Posting Komentar

 

Stefani Ekky's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review