Selasa, 23 April 2013

Still Love Me

Diposting oleh Stefani Ekky di 19.27 0 komentar

Maybe I've hurt Your heart
Nope!!! It's definetely.
I've broken Your heart
How dare I am??
How could??

You are the one who always there for me.
You are more than a mother.
You are more than a father.
But how dare I am??

Insane! You could have called me insane!
But You don't!
You call me " My Love"
You Love me for who I am.
Even if I've broken Your heart a thousand times,
You still Love me and say:
" Do you know I still Love You?"

You give me a true love.
But what I did was using you as a tool.
A tool to reach all of my dreams.
How dare I am?

You could have just thrown me away.
But you still hold me in Your arms.
Then when you asked me:
"My love, Will you love me back? Will you accept my open hand that waits for your hand to be hold?"
I cried. That night I cried in His arms.

Now, I am here.
I'm here to see You.
Hold you and say
"Yes I do. I'm willing to be Yours to hold."

Minggu, 21 April 2013

Younger Than Me (Chapter 3)

Diposting oleh Stefani Ekky di 18.27 0 komentar
Dari dalam mobil keluar cowok ganteng yang sudah tersirat di benak ku, Trevor! Dia menarik tanganku dan menggandengku untuk bersembunyi di belakang punggungnya. Sambil menggandengku dia berteriak, “Hey....!!!!! Jangan ganggu cewek gua ya. Inget!! Sampai lo gangguin cewek gua lagi. Mati Lo!! PERGI!!”. Para gerombolan cowok itupun melihat Trevor dengan sedikit takut. Sepertinya mereka memang gerombolan cowok yang cuman ngomong doang, baru digertak begitu udah kelihatan takut banget.
“Ampun bang.... Ampun....!!! Iya bang kita pergi....!!!”
Lalu, Trevor membawaku masuk ke mobil. Dia pun juga masuk ke mobil dan menancap gas mobilnya dan terlihat sangat marah. Aku nggak tahu harus ngomong apa. Then, tiba-tiba setelah beberapa meter dia menghentikan mobilnya ke tepi jalan, melihat aku dan berkata “Aku kan sudah pernah bilang, jalanan sekitar kampus itu bahaya banget. kamu tahu siapa mereka?” Aku pun hanya menggelengkan kepala, karena aku memang benar-benar nggak tahu. Dia mengalihkan pandangan nya ke arah depan dan melanjutkan perkataannya,”Mereka itu adalah sekelompok anak-anak cowok tukang palak dan tahulah. Cewek kayak kamu itu adalah sasaran empuk mereka. Aku kan juga pernah bilang, kalau papa nggak bisa jemput, tunggu aku aja. Ntar aku anterin. Ngerti?”
“Trevor... aku tu nggak mau nyusahin kamu. Lagipula kenapa aku harus nungguin kamu? Aku nggak mau bergantung sama kamu ataupun papa. Aku bisa pulang sendiri.”
“Tapi dalam keadaan begini kamu harusnya tahu dong, udah mau sore, hujan and sepi. Bahaya banget ngerti nggak???!!! Sekarang lihat, kamu basah kuyup kayak gitu, gimana kalau kamu sakit, ha?”
Melihat cara bicara nya seperti itu aku jadi kesal banget. Aku jawab lagi dong “Kamu kok jadi overprotective gitu sih ma aku.? Udah lah. Aku tu nggak apa-apa kalau pulang sendiri. Beside aku mau nanya ya sama kamu, kamu bilang “cewek gue???” We are just friend right??” Well, sebenarnya aku Cuma mau ngetes aja sih. Ya sedikit meyakinkan hati aku gitu deh. Daripada ngambang nggak jelas.
Kemudian, suasana hening sejenak dan dengan setengah suara Trevor menjawabku, “Hemmm. Aku memang salah. Seharusnya sudah dari awal aku menghentikan perasaan ini. Tapi sorry Stela, aku nggak bisa ngebendung perasaan ku lagi. Selama setahun kita menjalin pertemanan ini, aku merasa semakin hari aku semakin sayang sama kamu. Aku nggak tahu kenapa. Sempat aku mencoba untuk menghentikan perasaan ini. Aku tahu kamu adalah kakak tingkatku. And it seems really weird. Hari ini, Aku cuman pingin kamu tahu, kalau aku sangat sayang sama kamu. Aku minta maaf udah merusak persahabatan kita. Dan lupain aja semua yang udah aku ceritain ke kamu sore ini. Tapi please, janji sama aku untuk nggak bertindak ceroboh kayak tadi. Jangan lupa bawa jaket walaupun nggak hujan. Dan jangan sungkan untuk ......”
“Ssssssssssssssstttttttttttttttt.....!!!!!” Aku memegang pundaknya seraya mencoba  untuk membuatnya diam. Kejadian ini berlalu sangat natural. Tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya untuk bisa mendarat di bibirku. Aku hanya diam hendak memejamkan mataku, Tapi kemudian kami berdua berhenti dan sama-sama berkata, “Aku suka cara lama!!” Aku nggak pernah menduga kalau kami akan mengucapkan kata-kata yang sama. Well, Cara lama adalah cara dimana tidak melakukan seks ataupun kissing sebelum menikah. Kejadian itu memecah kan suasana. Kami berdua tertawa dan tersenyum. Dia mulai bergerak untuk menyalakan mobilnya, kemudian menancap gas nya dan mengantarku pulang.

Hari kemarin adalah hari yang sangat berarti buatku. Dimana Trevor menyatakan perasaannya yang sesungguhnya. Aku suka banget cara dia mengungkapkan isi hatinya. Terlihat jujur banget. Hari ini, dia memberitahuku bahwa dia ingin pergi main ke rumah. Dan nggak cuman main aja, tapi dia juga ingin minta ijin sama orang tuaku. Dia pingin bilang kalau dia suka sama aku and ingin menjalin suatu keseriusan denganku.

Waktu menunjukan pukul 5 sore. Aku sudah berdandan sangat cantik untuk menyambutnya. Semua persiapan makan malam yang biasa mama dan aku siapkan pun sudah tersedia. Honestly, aku juga sudah beri tahu ke papa and mama akan maksud kedatangan Trevor. Mereka pun tersenyum menunjukkan sinyal setuju. Ya....Nggak heran juga sih, soalnya papa mama udah beberapa kali lihat Trevor. Cuman emang belum kenal terlalu deket.
Teeeeeeett.....teeeeeeeeeeeeeeeet....
“Permisi.....”
Itu dia suara yang udah dari tadi aku tunggu-tunggu. Aku segera bergegas ke pintu depan dan membukakannya pintu. Dengan senyum yang manis dan parasnya yang tampan, dia menundukkan badannya,memegang dan mencium tanganku lalu menyapaku, “Good evening My beautiful girl...!”. Senyuman indah yang sengaja ku ukir di wajahku pun kulemparkan kepadanya lalu berkata, “Good evening my handsome one, please come in. I have been already missing you.”
Kemudian dia masuk dan menyapa setiap keluargaku. Papa dan mamaku dengan senyum yang hangat, menyapanya dan bergegas menyuruh semua orang untuk menuju ke ruang makan.
“Oke, siapa yang mau pimpin doa makan?” kata papaku.
“Aku.. aku aja pa...” Kata adikku yang terlihat sangat semangat untuk berdoa.
“Josh pinter ya. Oke ayo berdoa!” Sahut mamaku.
Kemudian Josh melanjutkan tugasnya, “Tuhan ... Kami semua mau makan. Berkati makanan kami ya. Makasih Tuhan, Amin!”
Mendengar cara berdoanya yang lucu, kami semua pun tertawa lepas dan bergegas untuk makan. Josh memang anak yang pintar. Meskipun baru berumur 6 tahun, tapi dia sudah mengerti banyak hal.
“Nama kamu Trevor ya?” Tanya papaku.
“Iya om...!”
“Kata Stela, kamu adik tingkatnya dia ya? Kamu kerja apa?” Sahut papaku.
Dengan tersenyum Trevor menjawab, “Waduh om.. tanyanya banyak banget. Iya, saya adik tingkatnya Stela. Cuman sebenarnya saya berumur 24 tahun. Saya udah kerja sebagai Direktur Utama di PT. Excellent Kings. Perusahaan saya bergerak di bidang arsitektur. Sebelumnya udah dapet gelar juga sebagai arsitek, tapi pingin nambah gelar eh terus ketemu deh ama Stela.”
“O... begitu, ya udah makan dulu aja. Ngomong nya ntar aja. Dirasakan tuh, makanan mama enak nggak?” kata mamaku.
“Mama??? Kok mama??? Kak Trevor kan bukan anak mama?” sahut Josh.
Sambil membelai kepala Josh mamaku menjawab, “ahahahaha. Josh sayang, Kak Trevor kan ntar juga jadi kakak mu. Ntar mama juga akan jadi mamanya kak Trevor.”
Sambil melihat ke arah Trevor, Josh membalas, “Kok nggak ijin dulu sih sama Josh???”
Mendengar kata-kata Josh, kami semua tertawa terbahak-bahak.
Kemudian suasana menjadi hening setelah kata-kata Trevor keluar dari mulutnya, “Maaf, berarti dengan kata lain, saya sudah diterima di keluarga ini?”
Dengan serius papa ku menjawab,”Begini Trevor, kami memang sudah mengerti maksud kedatangan mu. Kami juga sudah mengerti sedikit melalui perkenalanmu tadi. Tapi, kami juga ingin menanyakan suatu hal. Apakah kamu benar-benar serius dengan Stela? Apa sudah kamu pikir matang-matang? Kami tidak ingin ada seorang pun menyakiti anak kami Stela. Kamu pasti juga sudah tahu, bahwa dia pernah disakiti oleh seorang pria yang tidak bertanggung jawab. Dia juga memiliki sedikit trauma akan itu. Lagipula, Stela juga masih berumur 19 tahun.”
“Soal itu saya sudah pikirkan dengan matang om. Om juga bisa memegang janji saya. Selama satu tahun ini kami menjalin pertemanan, saya sudah sedikit banyak tahu tentang karakter Stela. Mulai dari kejelekannya, kebaikannya bahkan semua hobby nya pun saya tahu om. Saya yakin Stela pun juga sudah mengenal saya. Namun, jika sekiranya Om dan tante menginginkan sebuah bukti akan keseriusan saya, dengan senang hati saya akan berlaku serius. Jadi dengan kedatangan saya kesini, saya meminta ijin om dan tante, untuk meminta Stela menjadi pendamping hidup saya.” Jawab Trevor yang sangat bijaksana.
Kemudian, suasana hening sejenak dan papaku mulai berbicara lagi, “Oke. Kami lihat kamu sangat serius. Kami berikan kamu ijin tapi dengan syarat, pernikahan akan dilaksanakan setelah Stela dan kamu lulus kuliah. Kebahagiaan Stela adalah yang terutama bagi kami. Jangan pernah menyakiti anak kami.”
“Baik om. Kami juga tidak terburu-buru untuk menikah. Terimakasih atas ijin Om dan tante. Saya akan mempertanggungjawabkan kebahagiaan berlian yang sudah Om dan tante berikan.” Sahut Trevor.
Melihat situasi yang begitu serius, aku lalu berkata, “ Udah yuk, aku lihat udah pada selesai makan ya? Habis ini kita nyanyi-nyanyi ya... Josh setuju???”
“Setujuuuuu.......” Teriak Josh.
Kemudian kami kembali tertawa terbahak-bahak. Setelah itu aku dan mama membersihkan meja makan, dan kami semua bergegas pergi ke ruang keluarga untuk benyanyi bersama. Trevor mengambil posisi piano, papaku mengambil posisi gitar, aku mama dan Josh sebagai penyanyi nya. Malam itu kami habis kan dengan bernyanyi bersama. Ketika waktu menunjukkan pukul 9, papaku menghentikan kegiatan kami dan kembali menanyai Trevor. “
“Trevor, kamu gag pulang? Kalau keluarga mu nyariin gimana?”
“Nggak papa om. Keluarga saya ada di Jerman semua. Saya sendiri yang di Indonesia bersama kakak perempuan saya.” Jawab Trevor.
Kemudian papaku melanjutkan wejangannya kembali, “Oh begitu! By the way satu lagi, kalian bedua boleh pergi jalan-jalan, tapi kamu Trevor harus mengembalikan Stela paling lambat jam 10 malam. Terus apa keluarga kamu sudah tahu soal hal ini?”
“Baik om. Keluarga saya sudah tahu tentang hal ini. bulan depan mereka akan pulang ke Indonesia selama satu minggu, begitu mereka di Indonesia, saya akan bawa mereka kesini.”
“Oke hal ini jadi semakin jelas” jawab papaku
“Ya sudah saya pulang dulu, Terimakasih atas semuanya ya om dan tante.”
“Trevor, mulai sekarang panggil kami papa dan mama ya. and hati-hati di jalan” sahut mama.
“Hahahahaha. Oke ma...”
Setelah bersalaman dengan papa dan mamaku, aku mengantarkan Trevor ke mobilnya.
“Begitu sampai rumah, kabarin aku ya...” Jawabku.
“Oke sayang. Makasih ya. Keluarga mu keren. Sama kayak keluarga ku. Aku pulang dulu ya. daaa.... I Love You”
“Love you too” Jawabku mesra.
Trevor masuk ke mobil dan menancap gasnya, kemudian dia pergi meninggalkan rumahku.

Sekitar setengah jam kemudian Trevor mengabari ku bahwa ia sudah berada di kamarnya. Kemudian dia mengucapkan selamat tidur untukku. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Malam yang takkan pernah aku lupakan. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya, Trevor selalu memberikan moment-moment indah yang tak pernah aku lupakan. I love him so much.

To be continued.....

Younger Than Me (Chapter 2)

Diposting oleh Stefani Ekky di 18.21 0 komentar
Tiba tiba ada sesosok pria yang mendarat cukup dekat dengan mukaku. Dengan spontan aku berteriak “Trevor Anthony.....!!!!!!!! What are you doing??”
Dengan senyuman nya yang lebar dan manis dia menjawabku, “Aku gag ngapa-ngapain kok. Cuman mau nyapa kamu aja. hahaha”
Melihat cara dia tertawa, dengan sinisnya aku menjawab,“Kok kamu ketawa sih... Aku kaget banget tahu! Udah ah kamu tu ngaco mulu. Aku mau masuk kelas..!”
“Masuk kelas?? Emang udah ada mahasiswa atau dosen sepagi ini ya?” Jawabnya.
“Ya gag ada sih. Abis kamu ngaco mulu sih. Terus kamu ngapain dateng pagi-pagi begini?”
Dia mendekatkan wajahnya padaku dan berkata,“Kasi tahu gag ya??”
“Parah emang ya kamu..!”
“Iya .. iya deh. Aku emang suka berangkat pagi. No matter what. Kebetulan juga disini ada piano, ya udah daripada bosen, aku main piano disini.” Jawabnya tegas.
“Terus kenapa berhenti maen? Maen terus aja. Aku pingin lihat seberapa jago kamu maen piano.”
“Yah nantangin... Oke... Let’s play...”
Dia mulai mengarahkan pandangan nya ke arah piano tua itu dan mulai menekan tuts-tuts piano. Aku mengamati setiap gerak-gerik nya. Sambil memandangi ku, dia mulai memainkan nada-nada yang sangat indah yang terdengar familiar di telingaku. Only Hope Switchfoot yang adalah sountrack film A Walk To Remember. Oh  My God. Ini kayak mimpi. Sudah lama banget aku pingin punya seorang kekasih dengan karakter seperti Landon Carter tapi yang bisa nyanyiin lagu Only Hope buat aku. Dan sekarang lihat, cowok ini sedang mainin lagu impian ku. Tapi aku sedikit penasaran, gimana dia bisa tahu ya lagu kesukaanku??
Tanpa sadar aku mengamatinya tajam, dan sepertinya dia sadar kalau akau terlalu tajam memandanginya.
“Whooooiiiii! Kok ngeliatin akunya sampe begitu..! Kamu kenapa???” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Ah enggak..! Nggak apa-apa kok. Bagus mainnya. Ayo lanjut lagi!! Aku suka”
“Nggak mau...!” Jawabnya ketus.
“Loh kenapa??” Tanyaku penasaran.
“Nggak ada yang nyanyi sih.” Dia tersenyum.
Kemudian dengan semangat aku menjawabnya,”Ya udah, aku aja yang nyanyi. Ayo cepetan. Aku lagi kangen sama lagu ini”.
“Oke. Dari awal ya. Tapi kamu biasa maen apa?” Tanya nya sambil berfikir.
“Aku di B minor”
Dia kembali menghadap ke arah piano. Namun sebelum menekan tuts piano aku berteriak,””Tunggu....!!”
“Apaan sih kamu? Ngagetin aja. Ada apa?”
Sambil duduk di sebelah nya aku bertanya, “Kamu udah tahu kalau aku suka lagu ini ya? Kok tadi langsung maen instrumen lagu ini?”
Dia menundukkan kepalanya dan mengangkat kepalanya untuk memperhatikan ku,”Nggak! Nggak salah!”
“Apa?? Berarti kamu emang udah tahu ya?? Kamu tahu dari siapa? Aku gag pernah woro-woro ke orang soal itu. kamu nyelidikin aku ya?”
Dia mendekat kepadaku dan memegang pundakku, “Gag usah parno gitu deh. Kamu ingat gag waktu kamu gag jadi dijemput papa kamu kemarin?”
“Inget, terus???” Tanyaku penasaran.
“Kamu ninggalin satu buku yang isinya semua desire, dreams, and hope yang kamu pingin.”
“Yahhhh. Kamu udah buka semua dong..! Aduhh. Gimana ni???” Jawabku ketakutan.
“Nyantai aja kali. Aku gag akan ngomong ke orang lain. Okay!! Tapi kalau aku boleh kasi kamu advice, Impian-impian kamu itu seharusnya kamu share kan ke orang lain juga, jadi orang lain bisa tetep keep your spirit untuk terus move on ngewujudin impian kamu.!”
Aku tertunduk dan mulai meneteskan air mata. Aku tidak bisa membendung kesedihan yang pernah aku alami terhadap mantan pacarku yang meninggalkan aku hanya karena semua mimpiku. Aku ingin membagi mimpiku dengannya, agar dia pun bisa melakukan hal yag sama. Namun dia berfikir bahwa aku hanyalah seorang pemimpi. Anak manja yang penuh dengan mimpi. Dia tidak bisa mendukung mimpi-mimpiku karena dia tidak bisa bermusik. Mantan pacarku nggak punya talenta bermusik. Lalu dia meninggalkanku. Sekarang dia punya kekasih yang lain dengan badan yang sexy yang sayang banget nggak punya skill apa-apa.
“Loh... loh... eh jangan nangis dong Stela. Kamu kenapa? Sorry deh kalau kata-kata ku nyakitin kamu.”
Dia mengambil sapu tangan di saku nya dan menghapus air mata dari pipiku. Ketika tangannya mendarat di pipiku, aku memegang tangannya dan berbisik “Aku udah melakukannya. Tapi nggak ada yang mau tahu. Bahkan mereka malah ninggalin aku. Sorry Trevor, aku harus pergi. Thank you ya.” Kemudian aku mulai beranjak dari tempat duduk ku dan pergi. Belum sampai turun dari panggung auditorium, Trevor berlari mengejarku, dan meraih punggungku. Ketika aku membalikkan badanku, dia memelukku dengan erat. Merasakan hangatnya pelukan yang dia berikan, aku kembali menangis tersedu sedu. Selama beberapa menit aku tenggelam dalam pelukannya. Kemudian sambil memelukku dia berkata “Kamu bisa cerita ke aku Ste. Apapun mimpimu. Aku suka dengan orang yang punya mimpi besar. Nggak usah takut. Aku nggak akan mencibirmu apalagi ninggalin kamu. Aku akan dukung kamu sampai kamu mencapai semua nya. Asal kamu janji, kamu harus tetep semangat, pantang menyerah sampai semua mimpi mu jadi nyata.!” Aku merasa, cowok satu ini seperti sudah mengetahui banyak hal soal aku. Sepertinya memang dia sudah membaca semua isi buku yang kutulis. Aku tidak hanya menulis impian dan harapanku, tapi juga tentang mantan pacarku. Apa yang sebenarnya mau Trevor coba lakukan dengan hidupku. Apakah dia ingin membangkitkan kembali semangat ku yang sudah pudar? Atau ingin membangkitkan ingatan buruk tentang Brian? Ya, Brian adalah mantan pacarku. But anyway, aku Nggak peduli. Aku memilih untuk berpikir positif saja. Aku melepaskan diri dari pelukannya dan memandang nya dengan senyuman, “Thank you Trevor. Can I have my book again?”
“Sure! Wait for me!” Dia kembali ke tempat duduk di depan piano dan mengambil tasnya. Dia berjalan ke arahku untuk mengembalikan bukuku. “Here we go! Ehmm... Ini sapu tangan ku. Pakai aja untuk ngehapus air matamu.”
“Thank you once again. Aku kembaliin besok ya.!” Jawabku ramah.
“Anytime...!”

Aku berjalan pergi keluar dari Auditorium. Kejadian hari itu sedikit mengembalikan semangat ku yang pernah pudar. Sampai berlalunya hari itu pun aku masih tetap mengingat setiap detail kejadian nya. Ketika aku menangis, merasakan pelukannya, dan percakapan yang kami lakukan waktu itu. That was great.

Tidak terasa, kami pun telah saling mengenal lebih dari satu tahun. Selama waktu itu, kami menjadi semakin dekat. Setiap pagi kami bertemu di ruang audit untuk bernyanyi dan bermain musik. Aku nggak tahu juga sih apakah pepatah jawa yang bunyinya “Tresno jalaran saka kulina” itu bener atau nggak. Sejujurnya aku sudah mulai merasakan sinyal-sinyal cinta di antara kami berdua. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku masih sedikit takut. Jangan-jangan ini hanyalah perasaanku saja. Aku nggak tahu apakah dia juga merasakan hal yang sama. Selama setahun ini aku jadi tahu banyak hal tentang dia. Trevor itu sebenarnya adalah pemilik perusahaan tenama di Indonesia. Soal kenapa dia bisa jadi lebih muda dari aku, itu karena dia kepingin dapet gelar tambahan, tapi bidang sebelumnya nggak berhubungan sama apa yang mau dia ambil. Jadi dia terpaksa ngulang dari semester 1.

Siang itu aku terpaksa harus pulang sendirian karena papaku nggak bisa jemput lagi. Dan pada saat itu musim hujan. Hujan siang itu deras banget. Butiran-butiran hujannya pun besar-besar. Aku juga nggak bawa payung, jaket pun nggak. Akhirnya pun aku cuman berdiri di loby kampus sambil memperhatikan hujan. Setengah jam aku tunggu belum juga reda... Satu jam aku tunggu masih sama. Aku tunggu lagi sampai setengah jam pun hujan nya tetep aja nggak mau berhenti. Stopppp Waiting...!! Udah jam setengah 4 sore. Aku harus pulang. Sore itu aku nekat. Aku berlari menuju ke halte bis di depan kampus. Tapi, ternyata bukan hanya hujan yang menghalangi ku. Baru aja keluar dari gerbang kampus, tiba-tiba dari arah belakang ku ada serombongan anak-anak muda. Dan mereka menghadangku. Waduh, perasaanku sudah sangat nggak enak. Dan...... bener banget!! Awalnya mereka cuman goda-godain gitu. Aku tetep aja berjalan ke depan tanpa menghiraukan mereka. Salah satu dari mereka mulai mencoba menyentuh ku dan berkata,”Kok sombong amat sih cantik..? Ayolah.. pergi sama kita..”
Haduh beneran deh. Mau teriak kagak ada orang. Dalam hati aku berteriak “GOD....... HELP ME..... HELP ME.......”. Then suddenly ada mobil Putih yang sepertinya aku kenal, datang dengan klakson nya yang sangat keras.  Kemudian mobil itu berhenti tepat di depan ku dan segerombolan cowok itu.  

To be continued

Kamis, 04 April 2013

Younger Than Me (Chapter 1)

Diposting oleh Stefani Ekky di 20.18 0 komentar
“Suara apaan tuh?? Bagus amat..”
Aku berjalan menuju ke sumber suara melodi tuts-tuts piano yang mengarahkanku ke ruang serbaguna di kampus. Disana aku melihat seorang pria dengan wajah yang tampan dan meneduhkan jiwa. Tanpa sadar aku berdiri di depan ruangan melihat dirinya.
“Halo.... kok cuman  berdiri disitu” Sapanya.
Dengan terbata-bata aku menjawab “ehmm... a.. a... aku Cuma penasaran aja sama suara di koridor tadi. Aku pikir suara apaan., ternyata kamu yang main.. hehe”
“Oh gitu.... terus mau tetep berdiri disitu?” jawabnya dengan senyum yang manis.
“Gag lah. Aku mau masuk kelas dulu.. . Dah ya bye”
Tanpa melanjutkan pembicaraan aku segera membalikkan badanku dan pergi.
Aku memang suka pada segala sesuatu yang berhubungan dengan melodi. Harapan orang tuaku sih aku bisa jadi penyanyi, itulah sebabnya aku diberi nama Melody. Stella Melody, That’s my name. Impianku adalah jadi penyanyi internasional. Aku mahasiswa Sastra Inggris semester tiga. By the way, aku belum punya cowok, masih trauma sama masa lalu yang buat aku enggan untuk pacaran. So, aku lebih milih buat sendiri dulu. Aku nggak tahu, Entah siapa yang nanti bisa meluluhkan hatiku. Sekarang ini, hatiku ibarat sedang aku kunci dengan gembok super besar, dan kuncinya aku buang entah dimana. Dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku yakin bahwa suatu saat kunci itu akan ditemukan oleh seorang pangeran yang bakalan jadi pendamping hidupku.

Waktu menunjukkan pukul enam sore, sudah saatnya aku buat pulang kuliah. Capek banget rasanya. Ingin segera pulang, terus makan, mandi and tidur. Seperti biasa aku harus menelpon papaku untuk jemput aku. Maklum nih, nggak bisa nyetir motor, apalagi nyetir mobil. Sambil menunggu papa, aku duduk di lobi kampus and baca majalah Internasional yang aku suka. Namun tiba-tiba ada suara yang sepertinya udah aku kenal, mengejutkanku,
“Halo cewek yang cuman berdiri di depan pintu audit??”
“Eh kamu....!” Sapa ku malu.
“Nungguin apa kamu?? Jemputan?” timpalnya
Dengan memandang badannya yang gagah aku menjawabnya “Iya. Kamu kenapa nggak pulang?”
Sambil menatapku dia berkata “Ehmmmm... ini mau pulang”
Kriiingggg Kriiingg... Suara hapeku menyapaku. Dan terlihat di display bahwa itu nomor papaku.
“Halo pah. Sampai mana?”
Dengan nada yang sedikit kecewa papaku menjawab “Maaf sayang, pekerjaan papa buaaanyak banget. kamu pulang sendiri bisa kan??
“Bisa pa.... ya udah deh aku pulang sendiri. daaaa”
Suara itu kembali bertanya “Gag jadi dijemput??”
“Iya nih. Aku harus pulang keburu malem. Udah ya.” jawabku sambil bersiap-siap untuk pergi.
“Ehhh, tunggu. Kamu nama nya sapa? Aku Trevor Anthony. Panggil aja Trevor. Aku semester 1” Teriaknya.
“Aku Melody Stela. Panggil aja Stela. Aku semester tiga. Kamu adik tingkat ternyata ya. Aku pikir udah semester enam” jawabku pelan.
Sambil berdiri dia berkata “Aku tahu, pasti karena wajahku yang udah terlihat dewasa ya? ”
“Iya”
Tanpa sempat melanjutkan, dia bertanya lagi “Kamu mau aku antar ga??”
“Ga deh. Kita kan baru kenal. Aku ga kebiasa. Thanks ya sebelumnya.”
“Oh gitu. Ya udah. Hati-hati ya”
“Oke thank you. See you” Aku berjalan meninggalkan dirinya.
Sesampai di rumah, aku mandi dan tidur, mewujudkan impian badanku yang kelihatan nya emang udah mapan untuk tidur.

Kriiiiiiiingggg..... Kriiiiiiiingggg..... Kriiiiiiiingggg.....
Alarm di hapeku menyapaku dengan bunyinya yang keras dan menunjukkan Pukul 05.00 pagi, pas banget seperti yang aku harapkan. Aku bangun kemudian berdoa sejenak untuk berterimakasih sama Tuhan, bersihin tempat tidur, mandi and bersiap-siap untuk kuliah. Aku masuk kuliah jam 8 pagi jadi agak nyantai lah. Tapi walaupun begitu ya tetap aja sih, aku harus tetep siap-siap di pagi hari, mau gimana lagi, kan aku nunut papa sampai kampus.
Aku datang di kampus jam 7 pagi. Setiap mahasiswa di kampus mau gag mau emang harus lewat Auditorium Kampus. Tapi kalau pagi gini ma adanya cuman Pak Bon aja. Selama 3 semester di Kampus ini, itu sih yang aku tahu. Kagak pernah ada mahasiswa yang serajin aku. Datang pagi-pagi nongkrong di taman kampus.
Tapi kayaknya, mulai semester tiga ini akan ada pemandangan yang berubah. Aku berjalan melewati Auditorium kampus, again and again alunan tuts piano yang indah itu mulai terdengar lagi. Langsung dalam benak ku terlintas satu nama “Trevor Anthony”. Dialah satu-satunya tersangka berubah nya pemandangan kampus di mataku.
Aku menengok ke dalam Audit dan....... taraa......Kok gag ada orang. Terus apaan dong yang bunyi. Bulu kuduk ku mulai berdiri. Aku masuk menggapai seonggok piano tua di panggung Auditorium. Sambil memegang telingaku, aku berkata, “Ah aku tadi denger kok ada suara piano.” Bulu kudukku berdiri lebih kuat, aku melangkahkan kakiku ke belakang dan berbalik. Tiba-tiba .....
 
To be continued.......
 

Stefani Ekky's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review